Bahasa Indonesia Jadi Pelajaran Pokok di Australia
Bangkitnya Asia tidak bisa dihentikan oleh siapa pun dan terus melaju. Australia harus memiliki rencana yang tepat untuk memanfaatkan momentum tersebut.
Demikian pernyataan Perdana Menteri Australia, Julia Gillard, ketika meluncurkan kebijakan Abad Asia yang sudah lama ditunggu-tunggu. "Bangkitnya Asia bukan saja tidak bisa dihentikan, namun semakin melaju," kata Gillard, dalam pidato di lembaga pemikir strategis Lowy Institut di Sydney, hari Minggu (28/10/2012) ini.
Pada tahun 2025 nanti, Asia akan memiliki jumlah penduduk kelas menengah paling banyak di dunia. Oleh karena itu, Australia sudah menyiapkan berbagai strategi untuk mengantisipasi semua hal itu, yang tercakup dalam Kertas Putih Abad Asia.
Dalam pemaparannya, PM Gillard menjelaskan lima langkah kunci yang akan dijalankan Australia guna menyongsong Abad Asia tersebut.
Menurut laporan koresponden Kompas di Australia, L Sastra Wijaya, Indonesia menjadi salah satu titik perhatian utama Australia. Dalam soal bahasa, misalnya, seluruh sekolah di Australia akan terlibat bekerja sama dengan paling sedikit satu sekolah di Asia guna mendukung pengajaran bahasa prioritas, yaitu bahasa Indonesia, Hindi (India), Mandarin, dan Jepang.
Australia juga akan membuka beberapa misi diplomatik baru di Asia meskipun tidak disebutkan kapan hal tersebut akan dilakukan.
Menurut PM Gillard, Australia akan membuka kedubes penuh di ibu kota Mongolia, Ulaan Baatar, dan konsulat di Shenyang (China), Phuket (Thailand), dan di Indonesia bagian timur, tanpa menyebut lokasi.
Australia juga akan membangun "strategi komprehensif" dengan lima negara yang dianggap paling penting, yaitu China, India, Indonesia, Jepang, dan Korea Selatan.
Selain itu, PM Gillard juga mengatakan bahwa Canberra akan menempatkan pejabat setingkat duta besar di Jakarta untuk ASEAN guna mendukung kerja sama lebih erat dengan negara-negara anggota ASEAN.
Dalam dokumen Kertas Putih ini disebutkan bahwa Australia akan memberikan penghargaan Australia Awards kepada 12.000 warga Asia selama lima tahun ke depan guna mempromosikan hubungan antarwarga Australia dan Asia.
Australia juga akan memberikan kemudahan bagi para warga dari negara-negara berisiko rendah untuk berkunjung dan mendorong lebih banyak turis dari China dan negara Asia lainya.
Dalam reaksinya, pemimpin oposisi Tony Abbott menyambut baik kebijakan yang dijabarkan pemerintah, namun mengatakan masalah pendanaan masih belum jelas dan kebijakan yang dijabarkan belum rinci.
"Oposisi menyambut baik Kertas Putih Asia ini," kata Abbott kepada wartawan di Canberra. "Isinya bisa dipahami namun tidak ada kejutan. Banyak tujuan yang bagus, tetapi tidak banyak detail dan tidak ada dana yang disampaikan." tambah Abbott.
Menurut pemimpin partai Liberal tersebut, pihak oposisi lebih serius dalam kebijakan mereka terhadap Asia. "Saya kira kami lebih serius memperhatikan Asia dibandingkan pemerintah ini dan saya sudah berulang kali mengatakan kita memerlukan lebih banyak Jakarta, lebih sedikit Jenewa, dalam kebijakan luar negeri," kata Abbott.
http://internasional.kompas.com/read/2012/10/28/15012237/Bahasa.Indonesia.Jadi.Pelajaran.Pokok.di.Australia
0 comments:
Post a Comment