Tapi, baru-baru ini, para peneliti dari London School of Hygiene dan Tropical Medicine menemukan bahwa kini nyamuk sudah mulai kebal terhadap obat oles penangkal nyamuk.
Penelitian yang telah dipublikasikan dalam Jurnal Plus One ini dilakukan untuk mencari alternatif lain untuk menggembangkan Deet-N,N-diethyl-meta-toluamide-, yakni cairan penangkal serangga yang pertama kali dikembangkan oleh militer Amerika Serikat pada Perang Dunia II.
"Saat ini, kami sedang mencari cara agar nyamuk yang kebal terhadap cairan anti-nyamuk bisa kembali menolak cairan tersebut," kata Dr. James Logan dari London School of Hygiene dan Tropical Medicine, sebagaimana dilansir BBC, 22 Februari 2013.
Sebenarnya ada penelitian yang menyatakan bahwa serangga tak suka dengan bau yang ada pada bahan-bahan kimia. Penelitian baru ini dilakukan berdasarkan kekhawatiran terhadap resistensi nyamuk terhadap obat penangkal nyamuk.
Mendalami hal tersebut, peneliti melakukan uji coba dengan mengoleskan cairan penangkal serangga ke seorang relawan. Awalnya, nyamuk memang menolak menghisap darah manusia. Tapi, setelah beberapa jam, nyamuk itu kembali mendekati manusia dan menghisap darahnya.
Mengapa nyamuk bisa kebal terhadap cairan penangkal serangga? Untuk menyelidiki hal itu, peneliti memasang elektroda di antena serangga untuk mengetahui rangsangan pada nyamuk.
"Hasilnya mengejutkan. Nyamuk tidak lagi sensitif terhadap bahan-bahan kimia, sehingga nyamuk akan kembali mendekati manusia yang sudah menggunakan cairan penangkal serangga," ucap Logan.
Karena, dia menjelaskan, ada perubahan pada sistem penciuman nyamuk pada saat pertama kali mencium cairan penangkal serangga dan setelah beberapa lama mencium cairan penangkal serangga.
"Nyamuk mengalami perubahan pada indra penciumannya, sehingga aroma cairan penangkal serangga jadi tak mempan," ujarnya.
Temuan ini menunjukkan bahwa penggunaan cairan penangkal serangga sangat berbahaya jika digunakan di daerah yang memiliki risiko wabah nyamuk yang tinggi. (kd)
© VIVA.co.id
0 comments:
Post a Comment